 |
| Polda Sumatera Utara memberikan keterangan di Medan, Sumut, Sabtu (17/5/2025). ANTARA/HO-Muhammad Valery |
JEJAKINFO.COM, MEDAN – Keberhasilan Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) mengungkap peredaran narkotika lintas provinsi bukan hanya hasil kerja satu institusi, tetapi bukti kuatnya sinergi aparat penegak hukum dalam membendung peredaran barang haram.
Dalam serangkaian operasi terpisah yang dilakukan di tiga lokasi berbeda, polisi berhasil menyita 100 kilogram sabu dan menangkap empat tersangka yang terlibat dalam sindikat besar.
Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut, Komisaris Besar Polisi Jean Calvijn Simanjuntak, menjelaskan, jaringan ini menggunakan modus pengemasan ulang sabu dalam bungkusan kopi serta menyimpan barang bukti di ruang tersembunyi dalam mobil.
"Barang bukti yang disita merupakan hasil pengungkapan di tiga lokasi berbeda, berkat kerja sama yang solid antar aparat," ujar Calvijn dikutip dari fajar.co.id, Sabtu (17/5/2025).
Pengungkapan dimulai dari penangkapan seorang perempuan berinisial CT di sebuah hotel di Medan, yang mengarah pada penyitaan 33 kilogram sabu yang disembunyikan di kompartemen mobil di area parkir pusat perbelanjaan. Dari interogasi, terungkap bahwa CT dikendalikan oleh seorang berinisial B yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Pengembangan kasus mengarah ke sebuah rumah di kawasan perumahan Medan yang dijadikan lokasi pengemasan sabu. Di sana, polisi menangkap seorang pria berinisial Jul dan menemukan tambahan 39 kilogram sabu yang sudah dikemas ulang.
Upaya sindikat ini tak berhenti di Medan. Dari penyelidikan lebih lanjut, diketahui bahwa CT telah mengirim sabu sebanyak empat kali sepanjang tahun 2025, termasuk pengiriman ke Jakarta.
Namun, pada April, kerja sama antara Polda Sumut dan Polda Sumatera Selatan berhasil menggagalkan pengiriman besar-besaran. Pasangan suami istri berinisial SUD dan K ditangkap di Banten dengan barang bukti 28 kilogram sabu.
Calvijn mengungkap bahwa penyitaan total 100 kilogram sabu dalam operasi ini diperkirakan bisa menyelamatkan 500 ribu jiwa dari dampak buruk narkotika, dengan nilai ekonomis sekitar Rp100 miliar. (iad)
